Archive

Archive for the ‘Sejarah’ Category

Kontroversi Genjer-genjer

14 September 2009 1 comment

Mungkin kita kenal dengan lagu genjer-genjer yang di populerkan oleh PKI saat mereka mengganyang para jenderal di Lubang buaya. Konon pada saat pengganyangan itu mereka menari dan bernyanyi, sungguh sangat biadab dan seram untuk dibayangkan.

Solo Radio FM, sebuah stasiun radio di Solo hari ini, Senin (14/9/2009) didatangi puluhan orang yang menamakan dirinya adalah Laksar Hizbullah yang dipimpin langsung oleh pimpinannya, Yanni Rusmanto. Mereka meminta radio tersebut meminta maaf kepada publik karena telah memutar lagu Genjer-genjer. Menurut para anggota laskar lagu tersebut adalah milik PKI yang telah membuat banyak orang sakit hati.

Atas desakan tersebut, pihak Solo Radio FM langsung meminta maaf dan menyatakan memang telah melakukan kekhilafan. Pernyataan maaf tertulis ditandatangani oleh GM Solo Radio FM, Yunianto Puspowardoyo, diserahkan kepada Yanni Rusmanto.

Sebagian orang menuding Lagu Genjer-genjer dicipta PKI untuk menyemangati perjuangan mereka merebut kekuasaan. Tapi sejarah mencatat, inspirasi penciptaan lagu tersebut adalah situasi kehidupan warga Banyuwangi yang teramat menderita di masa penjajahan Jepang.

Konon lagu tersebut diciptakan seorang seniman musik bernama Muhammad Arief ketika melihat situasi warga Banyuwangi yang kesulitan makan saat penjajahan Jepang. Karena situasi terjepit itulah warga Banyuwangi terpaksa mengolah daun genjer (limnocharis flava) atau enceng gondok untuk dimakan sebagai sayuran.

Tanaman ini semula hanya dianggap gulma, atau pengganggu. Namun karena kelaparan mendera dan panen sawah tidak mencukupi, akhirnya genjer ini menjadi pilihan dimakan. Jual-beli genjer di pasar juga mulai dilakukan warga.

Lagu tersebut menjadi populer beberapa tahun berikutnya. Bahkan pada dekade 1960-an lagu tersebut mencapai puncak popularitasnya. RRI dan TVRI, dua media massa utama saat itu, sering memutarnya. Lagu tersebut kemudian menjadi lagu publik yang dinyanyikan oleh siapapun; dari anak-anak hingga orangtua, dari politisi hingga buruh dan kuli.

PKI, salah satu parpol besar saat itu, termasuk yang sering mempopulerkan lagu tersebut dalam berbagai pertemuan. Mungkin maksudnya adalah untuk menghibur dan mengumpulkan massa. Konon Njoto, salah satu tokoh PKI, adalah penggemar berat lagu Banyuwangi tersebu

Namun masa keemasan Genjer-genjer segera berhenti seiring situasi politik saat itu. Pengganyangan PKI oleh Orde Baru, merembet juga ke lagu rakyat yang sedang populer ini. Dalihnya adalah, lagu tersebut lagu milik PKI dan diciptakan oleh seorang seniman Lekra.

Bahkan dalam penulisan sejarah versi Orde Baru, pada malam pembunuhan para jendral TNI AD di Lubang Buaya, para Pemuda Rakyat dan Gerwani (dua organisasi kepemudaan underbouw PKI) berpesta-pora dengan menyanyikan lagu tersebut.

Belakangan data sejarah versi Orde Baru tersebut dibantah oleh Sersan Bungkus, anggota Cakrabirawa. Sekeluar dari penjara, Bungkus mengatakan tidak ada sukarelawan sipil, apalagi pesta-pora di Lubang Buaya pada malam itu. Setelah diambil paksa dari kediaman masing-masing, dalam suasana hening dan tegang Cakrabirawa menyerahkan para jendral itu kepada Garnisun untuk dieksekusi keesokan harinya.

Berikut ini adalah lagu Genjer-genjer yang begitu kontroversial,

genjer-genjer neng ledhokan pating keleler
emake thole teka-teka mbubuti genjer
oleh satenong mungkur sedhot sing tolah-tolih
genjer-genjer saiki wis digawa mulih

gendjer-gendjer esuk-esuk digawa nang pasar
dijejer-jejer diuntingi padha didhasar
emake jebeng tuku genjer wadhahi etas
genjer-genjer saiki arep diolah

genjer-genjer mlebu kendhil wedange umob
setengah mateng dientas digawe iwak
sega sapiring sambel penjel ndok ngamben
genjer-genjer dipangan musuhe sega

Terjemahan:
genjer-genjer tumbuh liar di selokan
seorang ibu datanglah mencabutinya
dapat sebakul dalam memanennya
genjer (itu) kini tlah dibawanya pulang

genjer-genjer pagi harinya dibawa ke pasar
dijajar, diikat diletakkan di lantai pasar
seorang ibu (lain) membelinya dimasukkan tas
genjer (itu) kini siap dimasak

genjer-genjer dimasukkan ke panci (berisi) air panas
setengah matang ditiriskan untuk lauk
nasi sepiring (dan) sambal di dipan
genjer (akhirnya) dimakan bersama nasi.